Kentang (Solanum tuberosum, L)
merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai kandungan kalori dan mineral
penting bagi kebutuhan manusia. Analisis kimia umbi kentang dari 100 gram umbi,
terkandung bahan-bahan sebagai berikut: air 77,8 gram; besi 0,7 mg; fosfor 50
mg; kalsium 11 mg; karbohidrat 19,1 gram; lemak 0,1 gram; protein 2 gram; vit.
B1 0,11 mg; vit C 17 mg dan kalori 83 kal. (Dirjen Gizi, 1979).
Kebutuhan akan kentang meningkat
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan
perubahan pola konsumsi masyarakat.
Di Indonesia pada umumnya kentang
dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi kendala dalam menjaga
kelestarian alam. Pengusahaan kentang di dataran tinggi terus-menerus dapat
merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi dan menurunkan produktivitas
tanah. Oleh karena itu langkah perluasan penanaman kentang di dataran medium
merupakan salah satu langkah alternatif yang dapat diupayakan. Khususnya di lahan
sawah tadah hujan untuk membantu peningkatan pendapatan petani di daerah tersebut.
Beberapa kendala yang menyebabkan
kurang berhasilnya usaha petani kentang adalah karena rendahnya kualitas bibit
yang dipakai sedangkan untuk memperoleh bibit yang bebas virus sangat sulit,
teknik bercocok tanamnya yang kurang baik. Pemupukan dan pengendalian hama dan
penyakit yang kurang intensif serta tingginya biaya produksi, terutama untuk
bibit.
Cara lain yang bisa ditempuh ialah
dengan introduksi varietas-varietas terpilih dari negara lain atau
dari Internasional Potato Center untuk
dicoba tanam di Indonesia, yang kondisinya sesuai. Menurut Listyowati (1992),
varietas tersebut umbinya bisa digunakan secara ganda baik sebagai keripik ataupun
sayur, di samping itu produksinya yang tinggi selalu dicari pedagang.
Akhir-akhir ini sedang dicari varietas yang khusus untuk kebutuhan kentang
goreng (french fries), salah satu varietas yang sesuai adalah Atlantik.
Varietas ini banyak diusahakan oleh petani, karena selain cocok untuk dibuat
keripik, tetapi juga merupakan bahan baku kentang goreng.
Produktivitas kentang yang rendah di
Indonesia disebabkan oleh pemakain bibit yang bermutu rendah, produktivitasnya
rendah, teknik bercocok tanam khususnya pemupukan kurang tepat, baik dosis
maupun waktunya, dan keadaan lingkungan yang memang berbeda dengan daerah asal
kentang. Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, selama pertumbuhan tanaman
kentang menghendaki temperatur rata-rata antara 15,5° C – 18,3° C dan tampaknya
temperatur malam yang dingin lebih penting daripada temperatur yang rendah di
siang hari. Hal ini ada kaitannya dengan tuberisasi yang dipacu oleh hari
pendek.
Kebutuhan kentang untuk bahan baku
industri potato chips dalam negeri mencapai 3.000 ton, padahal produksi
dalam negeri baru mampu memenuhi 25%,sisanya masih diimpor. Permintaan ini akan
terus meningkat hingga 6.000 ton/tahun seiring dengan mulai berproduksinya
perusahaan PMA asal Amerika di bidang agroindustri pada tahun 2001. Sementara
itu, permintaan kentang untuk french fries sekitar 16.800 ton/tahun, dan
baru dapat dipenuhi 4.300 ton. Oleh karena itu impor kedua produk tersebut
terus meningkat, khususnya french fries yang pada tahun 1997 impornya mencapai
23.062 ton dengan nilai sekitar 23 juta dolar Amerika.
Kebutuhan kentang tahun 1993
menunjukkan bahwa, jumlah ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
impornya, yaitu 2.126.741,6 ton segar dan 316,3 ton beku dibandingkan dengan
impornya 702,2 ton segar (bibit) dan 2.207,5 ton beku 1.708,5 ton awetan
(Pasandaran dan Hadi, 1994).
Konsumsi kentang nasional per kapita
pada awal Pelita II hanya, 1,17 kg per kapita. Pada awal Pelita III
(1978-1980), konsumsi nasional naik menjadi 1,42 kg per kapita per tahun. Pada
tahun 1990, ternyata konsumsi nasional akan umbi kentang kembali naik menjadi
2,46 kg per kapita per tahun.
Dewasa ini ada kecenderungan masyarakat
untuk mengkonsumsi kentang yang lain, seperti kentang goreng (french fries),
dan kentang untuk makanan kecil (hasil industri makanan). Akibat perubahan
pola konsumsi masyarakat tersebut, kebutuhan akan kentang semakin naik, apabila
dibandingkan dengan produktivitas negara-negara beriklim dingin, produksi
kentang di Indonesia jauh ketinggalan bahkan masih di bawah produktivitas Asia.
Manfaat.
Manfaat dari pengembangan kentang
dataran medium antara lain sebagai berikut :
a. Efisien lahan, tenaga kerja, dan
input produksi.
b. Memberikan alternatif pilihan pola
tanam sayuran di lahan sawah dataran medium.
c. Terciptanya agribisnis kentang di
dataran medium DIY.
d. Meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
e. Berkembangnya budidaya kentang di
dataran medium DIY
f. Petani
memiliki kesempatan menanam komoditas bernilai tinggi
Persiapan
lahan dan tanam.
Tanah diolah sampai gembur dengan
kedalaman 20-35 cm, disisir sampai halus dan dibiarkan dua minggu agar terkena
sinar matahari. Tanah yang sudah diolah dibuat menjadi blok, kemudian dibuat
petak-petak penanaman. Jarak tanam yang digunakan yaitu 70 x 25 cm dan 60 x 25
cm. Pada penanaman, kentang ditanam dua baris diantara garitan. Lahan yang
telah dipersiapkan berupa alur atau garitan-garitan diberi pupuk organik (pupuk
kandang) dan pupuk buatan. Pemberian dilakukan dengan cara diberikan setempat
diantara umbi kentang yang akan ditanam, yaitu pupuk buatan di atas pupuk kandang
dan ditutup dengan tanah tipis. Kemudian bibit ditanam pada lubang-lubang
yang telah disiapkan dengan kedalaman
tanam 25-30 cm, selanjutnya ditutup dengan tanah.
Pemupukan
Pemberian pupuk kimia, pupuk kandang
dan Furadan 3G dengan dosis sesuai perlakuan semuanya diberikan pada saat
tanam. Dosis pupuk urea 300 kg/ha, Za 100 kg/ha, SP-36 200 kg/ha, KCl 200
kg/ha, pupuk organik 5 ton/ha dan mulsa jerami 5 ton/ha.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terdiri atas
pengairan, penyiangan gulma, dan pemberantasan hama serta penyakit.
Penyiangan
dan Penyulaman
Penyiangan atau pembersihan gulma
(tanaman pengganggu) dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 4 dan 6 minggu
setelah tanam, untuk penyiangan berikutnya dilakukan bila dirasakan perlu.
Sambil penyiangan, dilakukan pula penyulaman pada tanaman yang tidak tumbuh
atau pada tanaman yang tumbuhnya kurang baik.
Pembumbunan
Bersamaan penyiangan dilakukan pula
pembumbunan sebanyak dua sekali pada minggu kedua dan keempat, kemudian
pembumbunan berikutnya dilakukan bila dirasa perlu.
Pengendalian
Hama /Penyakit.
Untuk mengendalikan serangan cendawan Phytopthora
Infestan yang dikenal sebagai penyakit yang paling penting pada tanaman
kentang digunakan Dithane M-45 0,2 % saat tanaman berumur 4 MST. Sedangkan
untuk mengatasi serangan hama digunakan insektisida Bayrusil 0,2 %.
Penyemprotan fungisida dilakukan bila tanaman telah menunjukkan gejala
serangan. Selain bahan kimia juga digunakan agensi hayati seperti Tricoderma
dan Gliocladium.
Panen
Panen dilakukan sesuai dengan umur
masing-masing varietas. Varietas Granola dipanen pada umur 84 hari setelah
tanam (hst), Varietas Atlantik 80 hst, Varietas Agria 80 hst, dan Varietas
Panda 90 hst atau dengan tanda-tanda daun dan batang telah menguning atau mati
serta umbinya tidak mudah mengelupas.