Jeruk bali (Citrus maxima) adalah salah satu jenis jeruk yang memiliki ukuran buah sangat besar dan rasa yang segar. Agar tanaman jeruk bali dapat menghasilkan buah yang lebat dan berukuran besar, diperlukan perawatan yang tepat sejak awal penanaman. Tanaman ini memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi karena permintaan terhadap buahnya cukup stabil, baik untuk konsumsi segar maupun sebagai bahan baku minuman dan makanan olahan. Oleh karena itu, budidaya jeruk bali perlu dikelola secara intensif untuk mendapatkan hasil optimal.
Langkah pertama dalam merawat jeruk bali agar berbuah lebat adalah memilih lokasi tanam yang sesuai. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari penuh sepanjang hari agar proses fotosintesis berjalan optimal. Lokasi yang terbuka dan tidak ternaungi pohon lain sangat direkomendasikan. Selain itu, jeruk bali lebih cocok ditanam di daerah dataran rendah hingga menengah dengan suhu sekitar 25–30°C dan curah hujan sedang.
Media tanam yang ideal untuk jeruk bali adalah tanah yang gembur, subur, dan memiliki sistem drainase yang baik. Tanah lempung berpasir atau tanah liat berpasir bisa menjadi pilihan yang cocok. Pastikan juga pH tanah berada di kisaran 5,5 hingga 6,5 agar unsur hara dapat diserap maksimal oleh akar tanaman. Jika pH terlalu asam atau basa, dapat dilakukan pengapuran untuk menetralkan kondisi tanah.
Penyiraman menjadi bagian penting dalam perawatan jeruk bali, terutama pada masa awal pertumbuhan dan saat musim kemarau. Penyiraman dilakukan secara rutin 2–3 kali seminggu atau sesuai kondisi tanah. Tanah yang terlalu kering akan menghambat pertumbuhan, sementara tanah yang terlalu basah bisa menyebabkan akar membusuk. Pada musim hujan, penyiraman bisa dikurangi dan drainase perlu dijaga agar tidak terjadi genangan.
Pemupukan berperan besar dalam menentukan kualitas dan kuantitas buah jeruk bali. Pemupukan awal bisa dilakukan dengan pupuk kandang atau kompos saat penanaman. Setelah tanaman berumur sekitar 3 bulan, pemberian pupuk anorganik seperti NPK (15:15:15) dapat dilakukan secara berkala, setiap 2–3 bulan. Saat tanaman mulai berbunga, dosis pupuk dengan kandungan kalium dan fosfor lebih tinggi dapat diberikan untuk mendukung pembentukan dan pembesaran buah.
Pemangkasan cabang juga diperlukan untuk mengarahkan pertumbuhan pohon dan merangsang pembuahan. Cabang yang tumbuh terlalu rimbun atau tumbuh ke arah dalam sebaiknya dipotong agar sinar matahari bisa masuk ke seluruh bagian tanaman. Selain itu, pemangkasan membantu memperbaiki sirkulasi udara, mengurangi kelembapan berlebih, dan mencegah serangan hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan secara rutin. Jeruk bali rentan terhadap hama seperti kutu daun, ulat, dan lalat buah, serta penyakit seperti busuk akar dan embun jelaga. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati atau kimia sesuai dosis yang dianjurkan. Kebersihan kebun dan sanitasi lingkungan juga harus dijaga untuk meminimalkan risiko serangan.
Selain itu, penjarangan buah perlu dilakukan jika dalam satu tangkai terdapat terlalu banyak buah. Hal ini bertujuan agar energi tanaman tidak terbagi terlalu banyak, sehingga buah yang tersisa dapat tumbuh lebih besar dan berkualitas. Buah yang terlalu padat dalam satu pohon cenderung berukuran kecil dan kualitasnya menurun. Penjarangan sebaiknya dilakukan saat buah masih kecil, sekitar seukuran bola pingpong.
Teknik stres air juga bisa digunakan untuk merangsang pembungaan pada jeruk bali. Caranya adalah dengan mengurangi penyiraman selama beberapa minggu, kemudian menyiram kembali secara normal. Tanaman yang mengalami kekeringan ringan cenderung merespons dengan memunculkan bunga lebih banyak. Namun, teknik ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tanaman tidak mengalami kerusakan.
Dengan perawatan yang konsisten dan teknik budidaya yang tepat, jeruk bali dapat menghasilkan buah yang besar, lebat, dan berkualitas tinggi. Umumnya, tanaman ini mulai berbuah pada usia 3 hingga 5 tahun dan mampu berproduksi secara optimal hingga puluhan tahun. Budidaya jeruk bali bukan hanya menjanjikan dari sisi hasil panen, tetapi juga memberikan nilai estetika dan fungsi ekologis bila ditanam di pekarangan rumah.